Alasan Mengapa Filosofi Tidak Diajarkan di Sekolah

Sejak kecil saya lahir dan dibesarkan di Jakarta. Ada yang unik saat ketika kita kecil, ada sebuah perkataan yang sering diucapkan oleh ibu kepada anaknya yang sedang makan.

Terutama kepada anak yang memiliki nafsu makan kurang baik. Yaitu perkataan bahwa jika nasi yang dimakan tidak habis, maka nasi tersebut akan menangis. Yang mendengar ucapan seperti itu salah satunya saya sendiri.

Pada saat itu timbul sebuah pertanyaan apakah nasi itu memiliki kesadaran hingga bisa nangis? Apakah saat kita memakannya mereka sedang menjerit ketakutan?

Pertanyaan yang menghantui pemikiran saya saat itu ternyata merupakan sebuah kepercayaan yang masih diperdebatkan hingga kini, yaitu panpsikisme. Sebuah kepercayaan bahwa semuanya memiliki kesadaran, termasuk sebutir nasi.

Hal itu berarti saya sudah bertanya-tanya mengenai salah satu pertanyaan terbesar dalam hidup yang hingga saat ini belum terjawab.

Profesor Stephen Mumford pernah berpendapat bahwa

Filosofi memiliki lantai yang rendah, namun plafonnya tinggi

Hal ini berarti bahwa siapapun bisa mempelajari filosofi. Siapapun bisa duduk dan berpikir mengenai makna dan sifat realitas. 

Baik seorang anak SD ataupun yang sudah dewasa. Dari waktu ke waktu, kita pernah duduk dan bertanya-tanya:

  • Apa yang membuat sesuatu itu benar atau salah secara moral? (Pertanyaan ini merupakan cabang dari filosofi yang disebut sebagai moralitas)
  • Mengapa sesuatu itu ada, bukannya tidak sama sekali. (Cabang dari filosofi yang disebut metafisika)
  • Apa yang terjadi setelah kematian. (Cabang dari filosofi yang disebut eksistensialisme)

Entah sadar atau tidak, kita telah mempelajari filosofi. Lalu mengapa filosofi tidak pernah diajarkan di sekolah?

Ada beberapa alasan mengapa filosofi tidak diajarkan di sekolah, yaitu sebagai berikut:

1. Kebenaran adalah harga mati

Apapun topik diskusinya, filosofi terkenal dengan tujuan mencari kebenaran bagaimanapun caranya. Sekolah merupakan tempat yang bertujuan sebagai tempat yang aman.

Jadi sudah jelas bahwa filosofi yang radikal tidak memiliki tempat di sekolah. Karena filosofi mengizinkan apapun itu asalkan bertujuan untuk menemukan kebenaran.

2. Revolusi

Menurut situs askphilosophers, filosofi dihindari di sekolah karena dapat mendorong revolusi.

Sekolah sangatlah kaku. Mereka mendorong kita untuk melakukan apa yang mereka mau, ikuti aturannya, dan menganggap semua perkataan yang dikatakan oleh para guru adalah sebuah fakta.

Adanya filosofi dapat mengancam hal tersebut. Filosofi meminta kita untuk menanyakan kebenaran atas segala sesuatu. Dari apa yang dikatakan kepada kita, hingga struktur sosial dimana kita hidup.

Mereka menanyakan dan menentang apa yang guru katakan untuk mencari kebenarannya, bahkan hingga menanyakan mengapa istirahat itu harus jam 12 siang bukan di jam lain.

Sekolah ingin menjaga keteraturan dan struktur yang sudah ada. Untuk alasan inilah mengikuti aturan merupakan sesuatu yang dihargai. Dan mempertanyakannya secara filosofis merupakan sesuatu yang melanggar.

Jadi sudah jelas mengapa filosofi tidak diajarkan di sekolah. Karena ada suatu keteraturan yang harus dijaga. Dan filosofi dapat mengancam keteraturan tersebut.

Namun tidak ada salahnya untuk mempelajari filosofi meskipun tidak dilakukan di dalam kelas. Filosofi dapat mendorong kita untuk berfikir secara mandiri dibanding menerima segala informasi secara mentah. Kebiasaan tersebut bisa berguna di kehidupan kita. 

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama